Sumber gambar: www.lexpress.fr |
Telah hilang kata-kata
Rasa telah melebur menjadi kehampaan yang tiada terkira karena dinding yang kamu bangun sendiri yang membuatku tak mampu menyentuhmu barang secuil
Telah hilang kata-kata
Cipta telah menghanyut mengikuti aliran sungai yang bersamanya pula membawa rindu dan dendam yang kamu mekarkan tanpa kamu sadari yang telah membuatku lemah tanpa daya hanya menatapmu dari jauh
Telah hilang kata-kata
Karsa telah menjadikanmu begitu jauh dari harapan antara mungkin atau tidak mungkin yang tentu sangat terpaksa bila aku tetap harus menunggumu seolah tiada lain yang dapat menggantikan dirimu yang padahal masih banyak yang lebih baik darimu andaikan saja aku mau mencarinya diantara lautan manusia
Kini kuciptakan kata
Pilihanku sendiri yang tersusun dari huruf-huruf yang tidak ada satupun di antara 26 huruf alfabet latin namun maknanya tetaplah sama seandainya aku susun menggunakannya sebab yang dimaksudkan dalam makna tetaplah sama
Lalu kulahirkan kata melalui kata
Seperti kelahiran manusia yang pula dilahirkan oleh manusia begitu pula kulahirkan kata melalui kata yang maknanya tetaplah abadi meski kususun bukan dari 26 alfabet itu sehingga menjadi kata pelengkap yang menjadikan maknanya semakin sempurna yang melukiskan kesungguhanku padamu
Kemudian kurangkaikan kata-kata menjadi kalimat
Rasa cipta karsa yang kupaksakan hadir padamu sebab kamu tanpa sengaja menanamkan kesan yang luarbiasa indah dalam kesadaranku sebagai hal yang mustahil untuk kulupakan begitu saja sebagai alasan mengapa aku kembali padamu tanpa paksaan meski rasaku ciptaku dan karsaku seolah memaksaku untuk kembali
Pada akhirnya...
Aku kembali padamu tanpa banyak tanya apakah kembaliku adalah kesalahan ataukah kebenaran sebab di dalam cinta tidak ada yang salah dan pula tidak ada yang keliru sehingga dengan atau tanpa bertanya mestinya aku akan tetap dapat kembali kepadamu tanpa peduli kamu akan kembali kepadaku atau tidak
Jogja, 2 April 2017 & 28 Mei 2017
Antara Aku, Kau, dan Pacarmu
/1/
Tabir gelap yang dulu hinggap lambat laun mulai terungkap[1]
Seperti ketika pagi yang gelapnya perlahan terangkat yang kemudian berubah menjadi sinaran menyilaukan yang karena itu orang-orang pun menjadi lega yang tidak jauh beda dari kisahmu yang ternyata kamu telah menyukaiku sejak dulu meski kamu sudah punya pacar dan aku masih menyukai banyak orang meski tetap menjomblo
/2/
Labil tawamu, tak pasti tangismu, jelas membuat aku sangat ingin mencari; apa yang tersembunyi di balik manis senyummu, apa yang tersembunyi di balik bening dua matamu[2]
Sukar dibedakan apakah kamu sedang tersenyum dalam tangis ataukah sedang menangis dalam senyuman yang bagimu keduanya tampak sama saja sehingga membuatku bertanya adakah sesuatu yang sedang kamu sembunyikan hanya agar aku tidak tahu apa pun tentang kamu dan pacarmu yang sering kali kau ceritakan kepadaku ketika malam tinggal penghabisan
/3/
Dapat kutemui mengapa kau tak pasti lalu aku coba untuk mengerti; saat engkau tiba di simpang jalan kau bimbang tentukan arah tujuan[3]
Mana kutahu kalau kamu menyukaiku, kataku dalam hati sambil memperhatikan potretmu setelah beberapa saat kau kabarkan kegundahanmu kepadaku yang mungkin kau mengharap sedikit ketenangan padaku
Kamu sudah punya bajingan tengik itu sedangkan aku masih merangkak kesana-kemari tidak diterima dimana-mana, imbuhku sesenggukan mencoba menahan diri karena biar bagaimana pun mestinya aku yang kau pilih bukan bajingan itu yang jika sombong itu tidak mengapa tentu sudah kusombongkan diriku sejak dulu kepadamu
Tapi aku minta maaf kalau kamu tetap tidak nyaman seolah kamu cuma pelarian karena kegagalanku dimana-mana dan belakangan kamu tahu bahwa aku tahu kalau sejak dulu kamu menyukaiku dan itu bukan salahmu sama sekali, bisikku perlahan menutup rangkaian doa yang bagiku doa dan ucapan tiadalah berbeda karena keduanya hanyalah berpusat pada pengharapan yang intim antara pengharap dan sandaran harapan
/4/
Jalan gelap yang kau pilih penuh lubang dan mendaki[4] namun begitu kamu tidak perlu takut sebab seterjal apa pun jalan yang kau pilih yang meskipun bukan aku yang kau pilih tetap saja cintaku kepadamu lebih luhur daripada pacarmu yang kau sendiri telah membuktikannya dengan ribuan kasih yang kau sendiri tak sanggup membayangkan dan aku pun tak sanggup membayangkannya pula karena begitulah cinta
Jogja, 27–28 Mei 2017
Nurr pernah bermimpi jadi Sastrawan.Dan akhirnya memutuskan jadi editor di salah satu penerbit di Yogya. Bisa dihubungi di 085712587406
Nurr pernah bermimpi jadi Sastrawan.Dan akhirnya memutuskan jadi editor di salah satu penerbit di Yogya. Bisa dihubungi di 085712587406
0 Komentar