sumber gambar: alibaba.com |
Oleh: Saiful Bahri
Tuhan, inilah hamba yang selalu egois akan butuh perhatianmu, dan selalu rindu akan tatapan wajahMu. Surat ini aku buat, hanya semata-mata untuk bersenandung cinta denganMu. Apakah terkesan lancang dan merasa tidak sopan ketika ada seorang hamba yang ingin bercinta denganMu? Dan hamba itu adalah aku.
Apakah aku pantas bercinta denganMu? Sedangkan aku selalu munafik kepadaMu, selalu tidak patuh terhadapMu, dan bahkan aku selalu tidak menghiraukan akan sebuah perintah yang Engkau berikan padaku. Apakah secuil kertas (digital) yang aku persembahkan kepadaMu bisa menerima aku kembali untuk menjadi kekasih sejatiMu?
Cinta yang tulus akan aku mulai dari sebuah rasa penyesalan yang aku sampaikan dalam surat ini. Akankah Engkau masih mau menerima untuk menjadikan aku sebagai kekasihMu wahai Tuhan? Kekasih yang selalu diberikan perhatian oleh Mu, kekasih yang selalu di berikan kasih sayang, dan kekasih yang selalu khawatir terhadap sesuatu yang aku perbuat. Apakah Engkau bersedia menjadi kekasihku wahai Tuhan?
Aku mengungkapkan perasaan ini, karena aku jujur hanya karena tertarik terhadap apa yang Engkau punya, aku tertarik terhadap kekayaanMu, aku tertarik terhadap kekuasaanMu, aku tertarik karena Engkaulah yang menciptakan alam dan seisinya. Apakah aku salah mencintai hanya karena Engkau maha segala-galanya?
Mungkin, itu hanyalah sebuah impian seorang hamba yang mempunyai rasa cinta, dan hamba yang hanya mempunyai rasa egois diri, dan hanya menginginkan perhatikan terus dengan kasih sayang dariMu.
Tuhan, salamku tak seindah hambamu yang bernama Nabi Muhammad, surat ini bersifat sementara, dan itu belum tentu Engkau baca wahai Tuhan. Tapi aku titip surat ini kepada hamba yang sudah menjadi kekasihMu, akankah Engkau rela membacanya atau tidak, tapi aku tetap akan berusaha mencariMu demi cinta wahai Tuhan. Mungkin ini terasa mustahil, tetapi apa boleh buat jika aku mencariMu dengan penuh rasa cinta yang tulus.
Tuhan, sebelum aku terlanjur sayang kepadaMu, aku ingin bertanya, sesuatu yang bisa memberikan aku suatu kepastian yang sangat jelas. Aku takut Engkau mengkhianati, dan tidak seindah apa yang aku pikirkan tentang Engkau selama ini. Apakah Engkau benar-benar mempunyai sifat (Wujud)? Tetapi aku bingung, adanya Engkau sekarang itu di mana? Apakah Engkau mempunyai tempat persembunyian? Apakah Engkau memang sengaja tidak menampakkan kepadaku yang hina ini? Apakah Engkau tega, tidak menampakkan diriMu untuk aku yang sayang kepadamu wahai Tuhan? Apakah Engkau rela membiarkan aku kebingungan terus memikirkan tentang keberadaan Engkau itu di mana Tuhan?
Tapi aku tetap percaya akan adanya Engkau wahai Tuhan, dengan semua ciptaan Engkau ini, aku sudah terhibur. Aku sudah mulai bahagia. Tetapi, seindah apapun yang Engkau berikan kepadaku, itu tidak menutupi kerinduanku untuk bertemu denganMu wahai Tuhan.
Tuhan, sebelum aku mengetahui pencipta alam semesta ini beserta dengan isinya, aku ingin bertanya tentang sesuatu yang bagiku sudah confident bahwa Engkaulah yang menciptakan semua ini. Apakah Engkau benar-benar mempunyai sifat (Qidam)? Apakah dari sifat ini Engkau memang dahulu? Ke-dahulu-an itu, apakah ada ke-dahulu-an yang memang lebih dahulu dari Engkau wahai Tuhan? Apakah ke-dahulu-an itu bisa diukur dengan jarak dan waktu? Jika Engkau dahulu, siapa yang mendahulukan Engkau wahai Tuhan? Dari semua itu, apakah Engkau bisa menjelaskan kepadaku yang sangat sayang padaMu? Kalau Engkau memang benar Sang Pencipta, apakah Engkau sudi menjelaskan kepadaku wahai Tuhan? Aku menunggu penjelasan dari Engkau wahai Tuhan.
Tuhan, aku sayang kepada Engkau hanya semata-mata karena Engkau beda dengan yang lain. Engkau amat maha kaya, dari situ aku mulai merasakan sesuatu yang sangat bahagia dalam kehidupan sehari-hari. Apakah Engkau memang mukhalafatuhulilhawadtsi? Beda dengan yang baru lahir ke dunia ini? Apakah Engkau tidak membosankan seperti yang baru ini? Lalu di mana letak dari sebuah garis yang membedakan Engkau dengan yang baru?
Apakah Engkau bisa menjelaskannya wahai Tuhan? Tapi aku semakin penasaran terhadap suatu kebenaran tentang Engkau, Tuhan, akankah Engkau bisa memberikan hidayah cinta kepadaku? Suatu hidayah yang bisa memberikan rasa kepercayaan terhadap Engkau, sehingga benih-benih cinta ini yang tumbuh tidak pudar seketika, dan rasa ini tidak terhapuskan oleh jarak dan waktu. Entah itu tabir yang menghalanginya, tapi izinkan aku untuk mempertahankan rasa cinta ini, walaupun itu aku tidak tahu caranya bercinta dengan Engkau wahai Tuhan.
Tuhan, apakah Engkau bersifat wahdaniyah? Sifat yang setiap makhluk hidup di dunia ini selalu tunduk dan patuh terhadap ke-Wujud-an Engkau wahai Tuhan, dan semuanya mengimani tentang posisi Engkau sebagai Sang Pencipta. Jika Engkau Maha yang satu, apakah Engkau mau, meletakkan posisi cinta sebagai suatu yang berharga dan sesuatu yang paling terpenting dari semua yang paling penting?
Tuhan, aku memang tidak seperti ciptaan Engkau yang lain. Aku egois terhadap perintahMu. Aku kepo terhadap ciptaanMu. Aku sangat perhatian terhadap semua yang Engkau ciptakan, karena aku bukan hanya menganggap Engkau sebagai pencipta, tetapi aku menganggap Engkau lebih dari pada Sang Pencipta. Hamba Engkau yang lain menganggap Engkau Sang Pemberi cinta. Tetapi aku anggap Engkau lebih dari pada sang Pemberi cinta, dari semua pemahaman tentang Engkau sebagai Maha segala-galanya.
Tuhan, surat ini bukan hanya semata-mata hanya tentang rasa cintaku kepada Engkau. Surat ini aku buat, karena banyak keluhan dan pertanyaan yang aku harus sampaikan dalam surat ini. Dan ini semua tentang ciptaan Engkau yang bertanya-tanya tentang Engkau, wahai Tuhan. Ciptaan Engkau banyak yang berpikir tentang semua yang Engkau ciptakan, dan bahkan dari saking cintanya dan rindunya kepada Engkau, semuanya mencari keberadaan Engkau di mana. Tuhan, sebenarnya Engkau ada di mana? Apakah ketika aku sudah tidak kuat lagi dalam berpikir tentang Engkau, aku dikatakan sesat? Sedangkan mereka yang tidak berpikir tentang Engkau, belum tentu dia sayang kepada Engkau.
Apakah aku salah mencari Engkau wahai Tuhan? Benarkah Engkau Tuhan yang aku impikan selama ini? Itu hanya sedikit dari hambaMu yang bertanya-tanya. Apakah Engkau bisa menjawabnya melalui surat ini untukku wahai Tuhan? Dan aku akan sampaikan kepada mereka semua, para pencinta kebenaran yang menurut mereka hilang.
Terima kasih Tuhan, semoga dengan datangnya surat ini, Engkau bisa terus memperhatikan kami. Dan terus peduli terhadap kami. Hanya dengan surat ini, kami bisa mengeluh kepada Engkau, hanya dengan surat ini kami hanya butuh sebuah hidayah kebenaran dari Engkau wahai Tuhan, sekali lagi Terima kasih, wahai Tuhan.
Saiful Bahri itu bukan Mahasiswa, hanya lelaki hitam yang merindukan cahaya.
sumber gambar: alibaba.com
0 Komentar