Sumber gambar: agatharie23.wordpress.com
|
Oleh Hendri Krisdiyanto*
Qahwati, aku membencimu
sebagai ketiadaan dari segala rasa
yang memancar dimataku
bahkan bayang-bayang sempurna
memaknai ajalnya pada pekat tubuhmu.
Qahwati, aku membencimu
sebagai gelap yang mencintai malam
serta lukaku pada setiap ingatan kelam terhadapmu
dan kebencian ini adalah jalan mencari kenikmatan
yang terpendam di dalam tubuhmu.
2017.
Perjalanan
saat menuju rumahmu cerita mengalir
bagai riak air yang menyisir dari hulu ke hilir.
dan matahari yang terang sanggup menciptakan bayang-bayang
pada jalan berliku di musim yang kerontang.
sejenak, muncullah segenap kekalutan pada sungging senyummu
dan rumput ilalang yang menari di pelupuk matamu.
sebab, ketika suara tangis pecah dari rerimbun bebukitan
kemelasan kembali kau rasakan.
lalu sebelum senja susup dalam kedip mataku
perenungan malammu terlebih dahulu mati sebelum batas waktu.
2017.
Kau biarkan Aku
kau biarkan aku menangis dalam ratap sepimu, Saraswati
di paro musim pertama rekah senyummu sempurna mengubur
segenap mimpiku.
dengan dirimu yang lain
ada yang musti kau biarkan dari tubuhku, Saraswati
agar musim-musim tak lagi gugur di bukit kembangku
dan ketika penghujan tiba tak dapat kau nikmati lagi aroma mawar tubuhku.
2017.
0 Komentar