sumber gambar: pinterest.com
Oleh: Ahfa Waid 
Hari itu, aku bangun jam sembilan, jelas tidak shalat Subuh. Sebelum berdiri dari tidurku yang nyenyak seakan tanpa beban sedikit pun, kuusap layar hpku, menyalakan paket data, dan pesan-pesan berhamburan. Kurang lebih setengah jam aku mengejeknya, sebelum akhirnya kubasuh muka asuku.
Berselang waktu kemudian, teman-temanku sudah teriak-teriak, ayo masak, ayo makan, dan ayo-ayo yang lainnya. Hendri yang paling giat dalam memasak, menarik uang iuran. Ini punyaku, sambil kusodorkan uang tiga ribu.
Waktu itu, aku malas memasak, dan hanya menunggu hingga masakan matang dan siap dipanggil untuk makan. Tak sampai satu jam, masakan sudah siap dihidangkan, lalu kita makan bersama layaknya anjing kelaparan lantaran lupa basmalah tidak diucapkan.
Sehabis makan, aku telponan, sayang-sayangan, manja-manjaan, tapi kadang marah-marahan. Cuma, semarah apapun pada orang yang kita cintai, pasti tak lama sudah senyuman. Akhirnya, tertawa menjadi alat untuk menghidupkan suasana keindahan.
Setelah telponan, aku membuka Youtube, setelah mengantuk, kunyalakan lagu-lagu galau hingga aku tertidur. Tidurku nyenyak sekali, hingga hampir saja aku tidak shalat Zhuhur. Tidak sampai lima menit, suara adzan Ashar berkumandang. Tak sempat kujawab adzan itu, karena aku sibuk dengan hp. Setelah itu, aku shalat, lalu siap-siap main bola ke lapangan yang terletak di belakang JEC. Oya, saat shalat Ashar itu, aku buru-buru, tidak khusyuk, karena hpku sedang ramai.
Berangkatlah aku main bola, sesampainya di sana, sudah banyak anak-anak Gedongkuning yang bermain, aku pun ikut nimbrung. Di sinilah kesehatanku terjaga dan terdidik, yaitu dengan cara rajin berolahraga yang sekaligus menjadi hobi dalam kehidupan luntang-lantungku.
Sekitar dua jam lebih aku bermain, hingga bajuku dibasahi keringat. Sebelum pulang ke kontrakan, aku masih mengambil buah coklat, entah punya siapa, tapi yang pasti, apa-apa yang ada di bumi, pasti milik Allah. Allah…
Lalu aku pulang dan sampai, terus membuka sepatu, tidak langsung mandi, karena mengecek hp yang ditinggal main bola, itu lebih berarti dari segalanya. Meski adzan Maghrib sudah selesai, tetap saja aku main hp dan ketawa-ketawa. Akhirnya aku mandi karena ada teman yang bilang bau, sungguh lama ketika membersihkan tubuh dengan air dan sabun. Oh, nyabun.
Seselesainya, aku bergegas shalat. Eh, ternyata, ketika aku sedang mandi, Hendri menarik uang iuran makan. Jadinya, aku tinggal makan doang, mau bantu masak udah selesai mandi, kan takut kotor lagi.
Sumpah, masakan Hendri enak banget, aku lahap sekali. Masakan nasi Padang masih kalah jauh, dan sambelnya, mbeeeh…. makyus.
Udah adzan Isya’ belum, tanyaku pada teman-teman. Udah, pas kita makan tadi, jawab Nor. Aku pun bergegas shalat, setelah itu nonton bola. Kalau Timnas main, aku nggak pernah absen.
Berbagai macam jenis ocean dan cacian terlontar. Mulai wasit yang dibilang tidak adil, asu, goblok, dan macam-macam. Untungnya, akhir-akhir ini Timnas sering menang, dan semoga ini bukan tanda-tanda kiamat.
Selesai nonton bola, aku menghubungi kekasih pujaan hati, diangkat, dan aku telponan lama sekali. Kadang-kadang, sampai jam dua malam. Kadang-kadang, hingga aku terlelap, dan selalu istiqamah bangun siang.
Ya, itulah aktivitas asuku, di mana aku tidak punya waktu untuk membaca, menulis, dan berbagi pengetahuan dengan teman-teman. Kreativitasku dalam proses sudah gagal, lalu dengan cara apa aku bisa menjumpai kesuksesan? Matilah aku!