Sumber gambar: Diolah dari instagom.com, sampul Binatangisme George Orwell. 

Oleh: Mad Yahya
Kau sebut diri manusia
Atas dasar apa, atas hal apa aku sudi menyebutmu manusia?
Dimana aku dapat melihat sisi kemanusiaanmu?
Takku ragukan dengan penglihatanku
Dan demikian pula penglihatanmu
Kau saksikan, demikian pula aku saksikan
Kau melotot demikian pula diriku
Mungkinkah terhalang olehmu pandanganmu?
Ataukah mungkin bertabir sudah kornea matamu?
Yang membuat rabun penglihatanmu?
Atau mungkin pula telah putus syaraf matamu?
Yang tak kan pernah mampu membuat kau melihat?
Melihat dengan apa yang kau perbuat
Dengan tangan biadabmu?
Kau garuk kutu dari punggung saudaramu
Kau garuk kutu di punggung ibu dan sahabatmu
Dengan cakar dan taringmu
Kau garuk hingga keluar darah dan nanah
Kau garuk hingga tersisa daging dan tulang
Kau cabik-cabik dagingnya kau kerat tubuhnya
Kau cungkil matanya
Kau umbar usus-ususnya
Namun kau tak pernah menemukan
Kutu-kutu yang kau cari
Dimanaku dapat melihat sisi kemanusiaanmu?
Kau kian beringas dan buas
Penuh kehausan birahi dan nafsu keserakahan
Tanpa peduli lagi dengan sederet mayat di sampingmu
Kau tetap saja mencari
Mencari dengan kebengisan nan sadis
Bengis paling bengis dari binatang sekalipun
Birahi berdengus layaknya kaum Sodom
Dimana  nuranimu?
Atau memang sudah tak bernurani lagi hatimu?
Atau bahkan telah keras membatu hatimu?
Membatu yang kemudian hancur lebur dipukul godam kebejatan
Jika tidak, atau mungkinkah aku pantas bertanya
Kemana sudah akal sehatmu?
Atau mungkin aku akan bertanya
Masihkah kau bernalar?
Masihkah kau berotak?
Kau saksikan jika kau memang tidak buta
Dan aku yakin kau tak buta
Kau masih mendelik
Mengenali uang dan wanita
Dapat pula membedakan
Lubang pantat dan vulva
Sebagai wadah kebejatanmu
Yang tak pernah kau akui
Kau lihat air mata mereka
Kau saksikan tangisan mereka
Lalu kau dengar pula rintihan mereka
Yang telah kering

Mengering dalam kehilangan yang hampa

Mad Yahya, Mahasiswa Sastra Inggris di UIN Sunan Kalijaga